Tebuireng,Jombang — Seputar Hukum Indonesia.–
Nuansa sangat sangat Emosional dan Nostalgis, Banyak alumni yang kembali mengenang masa-masa mondok, kangen suasana kamar, masjid, kelas, hingga warung legendaris dekat pesantren. Hangat dan Penuh Silaturahmi Reuni jadi ajang temu kangen antarangkatan, ngobrol santai, bertukar kabar, bahkan menjalin lagi relasi yang dulu sempat hilang.
Religius dan Khidmat, Karena ini di pesantren, suasana penuh tahlil, doa, haul masyayikh, dan tausiah. Momen ini sering bikin alumni tersentuh dan teringat perjuangan para kiai, Kebanggaan dan Solidaritas, Banyak alumni sukses hadir, berbagi inspirasi, dan mendukung adik-adik kelas. Ada juga penghargaan untuk guru, santunan, dan kegiatan sosial.
Penuh Warna Budaya dan Kreativitas
Pagelaran seni, lomba esai, festival mars-hymne — semuanya mencerminkan kebanggaan terhadap identitas pesantren dan semangat kekeluargaan. Lebih dari sekadar “alumni” biasa — ini tentang identitas, perjuangan, dan warisan spiritual dari Tebuireng, “nuansa alumni” bukan cuma nostalgia, tapi juga:
Representasi Warisan KH. Hasyim Asy’ari
Alumni Tebuireng seringkali merasa memikul tanggung jawab moral dan intelektual untuk meneruskan nilai-nilai perjuangan pendiri NU. Jaringan Kultural dan Intelektual
Banyak alumni yang jadi tokoh nasional, akademisi, kiai besar, bahkan pejabat. Reuni bukan cuma temu kangen, tapi jadi ajang konsolidasi pemikiran dan gerakan.
Pesantren Sebagai Sumber Peradaban
Nuansa reuni bukan sekadar ajang personal, tapi bagian dari kebangkitan peradaban Islam Nusantara. Ada misi dakwah, pendidikan, dan sosial. Solidaritas Lintas Generasi dan Profesi, Alumni tua dan muda, dari berbagai latar belakang — menyatu dalam satu barisan yang tetap mengingat jati diri mereka: santri.
Wah, keren banget! Alumni Tebuireng angkatan 1987 — pasti banyak cerita berkesan dari masa itu. Zaman itu suasananya masih sangat tradisional, penuh kedisiplinan, kebersamaan, dan mungkin banyak kisah ngaji kitab yang nggak bakal dilupain.
“Alumni Tebuireng adalah mata rantai perjuangan dakwah dan pendidikan. Mereka tumbuh dari rahim pesantren yang penuh keberkahan, dan kini tersebar di berbagai pelosok negeri, membawa cahaya ilmu dan akhlak mulia. Reuni akbar ini adalah ajang menyambung silaturahmi, memperkuat ukhuwah, serta memperbaharui tekad untuk terus berkhidmah demi agama dan bangsa.”
“Alumni Tebuireng telah menjadi bagian penting dalam sejarah perjalanan bangsa. Dari pesantren ini lahir pemikir, pemimpin, dan pejuang kemanusiaan. Reuni ini bukan hanya temu kangen, tapi juga pengingat akan tanggung jawab besar sebagai penerus nilai-nilai luhur: cinta tanah air, toleransi, dan pengabdian tiada henti.”
“Tebuireng adalah rumah. Tempat kita tumbuh, belajar, tertawa, dan menangis bersama. Reuni akbar ini bukan sekadar acara tahunan, tapi ruang untuk kembali menghidupkan memori indah dan rasa persaudaraan yang tak lekang oleh waktu. Karena sekali menjadi santri Tebuireng, selamanya kita adalah keluarga.”
Di tengah semilir angin dan suasana pesantren yang tak banyak berubah, alumni angkatan 1987 berkumpul kembali dalam nuansa haru dan bahagia. Peluk erat, tawa lepas, dan cerita masa lalu mengisi setiap sudut ruangan. Wajah-wajah yang dulu muda kini mulai dihiasi rambut yang memutih, namun semangat dan rasa persaudaraan tetap hangat membara.
Acara dimulai dengan doa bersama dan tahlil untuk para guru dan sahabat yang telah mendahului. Lalu, dilanjutkan dengan sharing kenangan, testimoni perjalanan hidup, hingga tausiyah dari para alumni yang kini menjadi tokoh di berbagai bidang.
Tak lupa, sesi foto bersama dan makan bareng khas ala pesantren: sederhana tapi penuh makna, hangatnya warisan spiritual dan kekeluargaan dari para pendahulunya